Wednesday, February 04, 2009

Model Komunikasi dalam Alqur'an

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Komunikasi merupakan hal terpenting dalam berinteraksi dengan manusia lain. Semua orang sadar bahwa komunikasi tak pernah lepas dari kehidupan manusia. Bahkan diam pun adalah bagian dari komunikasi. Orang mampu sukses, bersaing dan gagal sekalipun adalah faktor komunikasi yang menjadi penentu. Perjuangan menjadi lebih berhasil manakala komunikaisi dengan lawan bisa berjalan lancar. Hubungan dengan sesorangpun dapat terbina dan langgeng jika komunikasi terus dieperbaiki.
Jika kita membuka lembaran sejarah peradaban, para pembesar dunia melakukan inflasi ke negara lain, selain kekuatan pasukan juga yang berperan penting adalah alat komunikasi dan komunikasi itu sendiri.
Dakwah Nabi-Nabi terdahulu sukses. Karena mereka mampu memahami keadaan kaumnya, tahu bagaimana cara menyampaikan risalahnya sehingga kaumnya rela menerima risalah yang dibawanya. Walaupun juga ada yang menolak.
Nabi Muhammad dahulu menyampaikan risalahnya dengan damai karena Nabi memahami keadaan kaumnya yang sangat kejam dan tidak beradab. Allah Swt. Maha mengetahui akan segala sesuatunya. Tatkala Nabi Isa diberi wahyu di tengah kaumnya yang pandai mengobati. Maka beliau pun diberi kelebihan mampu mengobati penyakit yang kaumya tidak mampu lakukan.
Nabi Muhammad dilahirkan di tengah kaumnya yang penyair dan ditengah banyaknya sastrawan yang lahir saat itu. Maka Beliau pun diberi mukjizat Alqur’an yang gaya bahasanya tidak dapat tertandingi.
Model komunikasi yang digunakan Allah dalam Alqur’an merupakan model komunikasi yang beragam. Yang dianggap mampu mempengaruhi manusia secara umum dan berlaku sepanjang masa.
  1. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tadi maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
  1. Seperti apa model komunikasi dalam pandangan imuan barat ?
  2. Lalu model komunikasi dalam Al Qur’an seperti apa ?
  1. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dari penyusunan makalah ini, antara lain:
    1. Diharapkan makalah ini dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut.
    2. Dengan makalah ini dimaksudkan untuk dapat memberi pemahaman tentang aspek komunikasi dalam Alqur’an.
    3. Diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penyususnan pada masa yang akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN

Yang dimaksud model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya. Atau bentuk yang digunakan untuk berkomunikasi untuk mencapai tujuannya. Sehingga lebih efektif dan mudah diserap komunikan (receiver).

  1. Model Komunikasi dalam Pandangan Ilmuan
Dalam ilmu komunikasi dikenal sangat banyak model yang dikemukakan para ilmuan komunikasi, anatara lain model komunikasi Lasswel, model Shannon and Weaver dan sebagainya. Tapi dalam makalah ini, pemakalah hanya akan mengambil model yang dikemukakan Lasswel dan model komunikasi Shannon and Weaver.
Kedua model tersebut diharapkan mampu mewakili teori yang lain. Model yang dekemukakan para ahli tidak jauh beda antara satu dengan yang lain.
    1. Model Komunikasi Lasswell
Salah satu model komunikasi yang tua tetapi masih digunakan orang untuk tujuan tertentu adalah model komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Lasswell (Forsdale 1981), seorang ahli ilmu politik dari Yale University. Dia menggunakan lima pertanyaan yang perlu di tanyakan dan di jawab dalam melihat proses komunikasi, yaitu who (siapa), says what (mengatakan apa), in which medium atau dalam media apa , to whom atau kepada siapa, dan dengan what effect atau apa efeknya.1
Bila dilihat lebih lanjut maksud dari model Lasswell ini akan kelihatan bahwa yang dimaksud dengan pertanyaan who tersebut adalah menunjuk kepada siapa orang yang mengambil inisiatif untuk memulai komunikasi. Yang memulai komunikasi ini dapat berupa seseorang dan dapat juga sekelompok orang seperti organisasi stsu persatuan.


GAMBAR 1 . Model Komunikasi Lasswell (Ruben , 1988)
Pertanyaan kedua adalah says what atau apa yang dikatakan. Pertanyaan ini adalah berhubungan dengan isi komunikasi atau apa pesan yang disampaikan dlam komunikasi tersebut.
Pertanyaan ketiga adalah to whom. Pertanyaan ini maksudnya menanyakan siapa yang menjadi audience atau penerima dari komunikasi. Pertanyaan keempat adalah through what atau melalui media apa. Yang dimaksudkan dengan media adalah alat komunikasi, seperti berbicara, gerakan badan, kontak mata, sentuhan, radio, televisi, surat, buku, dan gambar. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah tidak semua media cocok untuk maksud tertentu.
Pertanyaan terakhir dari model Lasswell ini adalah what effect atau apa efeknya dari komunikasi tersebut. Pertanyaan mengenai efek komunikasi ini dapat menanyakan 2 hal yaitu apa yang ingin dicapai dengan hasil komunikasi tersebut dan kedua, apa yang dilakukan orang sebagai hasildari komunikasi. Akan tetapi perlu diingat, bahwa kadang-kadang tingkah laku seseorang tidak hanya disebabkan oleh faktor hasil komunikasi tetapi juga dipengaruhi factor lain.
    1. Model Komunikasi Shannon and Weaver
Bagi para ahli dan praktisi komunikasi, teori Shannon dijadikan sebagai inspirasi untuk membangun media komunikasi yang akurat dan efisien walaupun memiliki beberapa kelemahan. Salah satun kelemahannya adalah ia tidak menjelaskan konsep umpan balik (feedback) dalam model teorinya. Padahal dalam konsep analogi pesawat telepon yang ia kemukakan, konsep umpan balik sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan komunikasi. Hal ini dikarenakan teori yang ia kaji hanya melihat komunikasi sebagai fenomena linear satu arah
Dari sekian banyak model/sistem komunikasi yang muncul sebelum tahun 1948, belum ada satupun konsep sistem general yang mencakupi semua sistem. Pada tahun 1924, H. Nyquist, dalam papernya yang berjudul “Certain Factors Affecting Telegraph Speed“, mengemukakan bahwa laju transmisi merupakan proporsi terhadap logaritma dari jumlah level sinyal per satuan waktu ().
Kemudian, ia merancang kode “optimum” yang menggantikan peran sandi morse agar dapat menghasilkan kinjera transmisi yang optimum pula. 4 tahun kemudian, tahun 1928, R Hartley memaparkan dan memomulerkan beberapa konsep dan terminologi komunikasi seperti “rate of communication”, “intersymbol interference”, “capacity of a system to transmit information”.
Hartley juga menyempurnakan persamaan logaritmisnya Nyquist menjadi dimana S merupakan jumlah simbol-simbol yang mungkin, dan n merupakan jumlah simbol-simbol pada suatu pentransmisian.
Kedua pemikiran dari Nyquist dan Hartley inilah yang berpengaruh besar bagi Shannon dalam merumuskan teori informasi yang menggeneralisasi konsep komunikasi.
Shannon merumuskan suatu konsep tentang model/sistem komunikasi umum dalam diagram sebagai berikut:







Gambar 1 – Diagram Skema Sistem Informasi Umum2
Pada diagram diatas, model/sistem komunikasi umum terdiri dari 5 bagian utama yaitu :
1. Information Source
Information Source berfungsi untuk memproduksi sebuah atau sekumpulan pesan terurut yang akan dikomunikasikan ke terminal penerima. Pesan yang dihasilkan memiliki berbagai tipe bentuk, yaitu deretan huruf seperti pada telegraf, fungsi waktu tunggal seperti pada radio atau telefon, fungsi dari waktu dan berbagai variabel seperti pada TV hitam-putih dimana koordinat menunjukkan intensitas warna, dan sebagainya.
2. Transmitter
Transmitter melakukan operasi-operasi tertentu terhadap pesan yang berfungsi untuk menghasilkan sinyal yang cocok untuk pentransmisian melalui suatu saluran komunikasi tertentu. Operasi yang dilakukan transmitter bergantung dengan kebutuhan. Contohnya pada sistem telefon, operasi yang dilakukan adalah mengubah tekanan suara menjadi arus listrik lemah yang proporsional.
3. Channel
Channel merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal dari transmitter ke receiver. Channel dapat berupa sepasang kawat, coaxial cable, frekuensi radio, dsb.
4. Receiver
Receiver melakukan operasi-operasi kebalikan dari transmitter, yaitu mengubah sinyal-sinyal yang diterima menjadi pesan asli.
5. Destination
Destination merupakan tujuan dari pengiriman pesan.
Shannon juga mengklasifikasikan sistem komunikasi menjadi 3 kategori utama: diskrit, kontinyu dan gabungan keduanya. Sistem diskrit yang dimaksud adalah baik pesan maupun sinyal kedua-duanya merupakan deretan dari simbol-simbol diskrit, contohnya sistem telegraf dimana pesannya merupakan deretan huruf-huruf dan sinyalnya adalah deretan titk-titik.
Sedangkan, sistem kontinyu adalah baik pesan maupun sinyal diperlakukan sebagai fungsi kontinyu. Contohnya sistem TV atau radio. Sistem gabungan merupakan sistem dimana diskrit dan kontinyu muncul di salah satu elemen pesan ataupun sinyalnya. Contohnya sistem PCM yang pesannya merupakan suara analog namun sinyalnya berbentuk diskrit.

  1. Model Komunikasi dalam Perspektif Alqur’an
Indonesia adalah bangsa yang plural dalam konteks bahasa. Ratusan bahkan ribuan bahasa dimiliki bangsa ini. Dengan keberagaman bahasa yang kompleks sehingga kehidupan berbahasa menjadi kompleks dan beragam pula.
Bahasa sebagai alat utama dalam melakukan komunikasi antarsesama menjadi kekuatan penting dalam melakukan berbagai macam kegiatan. Apalagi dalam dunia pendidikan bahasa menjadi faktor utama, karena bahasa merupakan media penghantar.
Dengan keanekaragaman bahasa yang ada, beserta dialek dan variasi berbahasa lainnya menimbulkan ragam tindak tutur menjadi berwarna. Keberwarnaan menggunakan bahasa saat ini ternyata terdapat sikap kesantunan dan ketidaksantunan dalam mengunakannya, seperti tidak santun dalam menggunakan kosa kata dan tak santun dalam menempatkan bahasa baik tempat ataupun lawan bicara.
Namun dalam tulisan ini hanya akan membahas masalah kesantunannya saja dalam berbahasa Menyoal santun, bahwa kata santun dari segi bahasa dalam istilah alquran dapat diidentikan dengan akhlak. Karena kahlak berarti cptaan atau apa yang tercipta, datang, lahir dari manusia dalam kaitan dengan prilaku (Sauri,2006:75).
Lebih lanjut bahwa akhlak dan santun dapat dibedakan dari sumber dan dampaknya. Dari segi sumber, akhlak datang dari Allah Sang Pencipta, sedangkan santun bersumber dari dari masyarakat atau budaya. Adapun dari segi dampak dapat dibedakan, jika akhlak dampaknya dipandang baik oleh manusia atau masyarakat sekaligus juga baik dalam pandangan Allah.
Sedangkan santun dipandang baik oleh masyarakat, tetapi tidak selalu dipandang baik menurut Allah. Kesantunan berbahasa dalam al-quran berkaitan dengan cara pengucapan, perilaku dan kosa kata yang santun serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi penutur.
Sebagaimana diisyaratkan dalam surat Luqman ayat 19 yang berbunyi. Dan lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara himar. Melunakkan suara dalam ayat tadi mengandung pengertian cara penyampaian ungkapan yang tidak keras atau kasar. Sehingga misi yang disampaikan bukan hanya dapat dipahami saja, tetapi juga dapat diserap dan dihayati maknanya.
Adapun perumpamaan suara yang buruk digambarkan pada suara himar, karena binatang ini terkenal orang Arab adalah binatang yang bersuara jelek dan tak enak didengar. Jadi ayat di atas mengisyaratkan bahwa al quran mendorong manusia untuk berkata santun dalam menyampaikan pikirannya kepada orang lain. Kesantunan tersebut merupakan gambaran dari manusia yang memiliki kepribadian yang tinggi.
Berikut ini Al-Quran memberikan enam prinsip atau model dalam berkomunikasi dengan orang lain, yaitu:
1. Qaulan sadida (QS. An-Nisa ayat 9, Al-Ahzab ayat 70)
               
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (QS. An-Nisa: 9)

Perkataan qaulan sadida diungkapkan Al-Quran dalam konteks pembicaraan mengenai wasiat. Menurut beberapa ahli tafsir seperti Hamka, At-Thabari, Al- Baghawi, Al-Maraghi dan Al-Buruswi bahwa qaulan sadida dari segi konteks ayat mengandung makna kekuatiran dan kecemasan seorang pemberipemberi wasiat terhadap anak-anaknya yang digambarkan dalam bentuk ucapan-ucapan yang lemah lembut (halus), jelas, jujur, tepat, baik, dan adil. Lemah lembut artinya cara penyampaian menggambarkan kasih sayang yang diungkapkan dengan kata-kata yang lemah lembut. Jelas mengandung arti terang sehingga ucapan itu tak ada penapsiran lain. Jujur artinya transparan, apa adanya, tak ada yang disembunyikan.
Tepat artinya kena sasaran, sesuai yang ingin dicapai, dan sesuai pula dengan situasi dan kondisi. Baik sesuai dengan nilai-nilai, naik nilai moral-masyarakat maupun ilahiyah. Sedangkan adil mengandung arti isi pembicaraan sesuai dengan kemestiannya, tidak berat sebelah atau memihak.
  1. Qaulan ma’rufa (QS An-Nisa ayat 5 dan 8, QS Al-Baqarah ayat 235, QS Al-Anfal ayat 32)
                
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum Sempurna akalnya[268], harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan Pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik”. (QS. Annisaa: 5)

Secara bahasa arti ma’rufa adalah baik dan diterima oleh nilai-nilai yang berlaku di masyarakat (Shihab, 1998:125). Ucapan yang baik adalah ucapan yang diterima sebagai sesuatu yang baik dalam pandangan masyarakat lingkungan penutur.
Dengan kata lain menurut beberapa ahli baik ahli tafsir seperti Hamka dan Al-Buruswi maupun pendapat ahli lainnya bahwa qaulan ma’rufa mengandung arti perkataan yang baik, yaitu perkataan yang sopan, halus, indah, benar, penuh penghargaan, dan menyenangkan, serta sesuai dengan kaidah dan hukum dan logika.
Dalam pengertian tadi tampak bahwa perkataan yang baik itu adalah bahasa yang digunakan dapat dipahami oleh yang diajak bicara dan diucapkan dengan cara pengungkapan yang sesuai dengan norma serta diarahkan kepada orang yang tepat.

3. Qaulan baligha (QS An-Nisa ayat 63)
                
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”. (QS. Annisaa: 63)

Qaulan Baligha diartikan sebagai pembicaraan yang fasih atau tepat, jelas maknanya, terang, serta tepat mengungkapkan apa yang dikehendakinya atau juga dapat diartikan sebagai ucapan yang benar dari segi kata. Dan apabila dilihat dari segi sasaran atau ranah yang disentuhnya dapat diartikan sebagai ucapan yang efektif.

4. Qaulan maysura (QS Al-Isra ayat 28)
            
Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas”. (QS. Al-Isra: 28)

Dalam Terjemahan Departemen Agama, ditafsirkan apabila kamu tidak dapat melaksanakan perintah Allah seperti yang tersebut dalam ayat 26, Maka Katakanlah kepada mereka perkataan yang baik agar mereka tidak kecewa lantaran mereka belum mendapat bantuan dari kamu. dalam pada itu kamu berusaha untuk mendapat rezki (rahmat) dari Tuhanmu, sehingga kamu dapat memberikan kepada mereka hak-hak mereka.
Menurut bahasa qaulan maysura artinya perkataan yang mudah. Adapun para ahli tafsir seperti At-Thabari dan Hamka mengartikan bahwa qaulan maysura sebagai ucapan yang membuat orang lain merasa mudah, bernada lunak, indah, menyenangkan, halus, lemah lembut dan bagus, serta memberikan rasa optimis bagi orang yang diajak bicara. Mudah artinya bahasanya komunikatif sehingga dapat dimengerti dan berisi kata-kata yang mendorong orang lain untuk tetap mempunyai harapan. Ucapan yang lunak adalah ucapan yang menggunakan ungkapan dan diucapkan dengan pantas atau layak. Sedangkan yang lemah lembut adalah ucapan yang baik dan halus sehingga tidak membuat orang lain kecewa tau tersinggung.

5. Qaulan layyina (QS Thaha ayat 20)
     
Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, Maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat”. (QS Thaha ayat 20)

Qaulan layyina dari segi bahasa berarti perkataan yang lemah lembut. Secara lebih jelas bahwa qaulan layyina adalah ucapan baik yang dilakukan dengan lemah lembut sehingga dapat menyentuh hati yang diajak bicara. Ucapan yang yang lemah lembut dimulai dari dorongan dan suasana hati orang yang berbicara. Apabila berbicara dengan hati yang tulus dan memandang orang yang diajak bicara sebagai saudara yang dicintai, maka akan lahir ucapan yang bernada lemah lembut.
Dengan kelemahlembutan itu maka akan terjadi sebuah komunikasi yang akan berdampak pada tercerapnya isi ucapan oleh orang yang diajak bicara sehingga akan terjadi tak hanya sampainya informasi tetapi jua akan berubahnya pandangan, sikap dan prilaku orang yang diajak bicara.

6. Qaulan karima (QS Al-Isra ayat 23)
Dari segi bahasa qaulan karima berarti perkatan mulia. Perkataan yang mulia adalah perkataan yang memberi penghargaan dan penghormatan kepada orang yang diajak bicara.
                           
Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (QS. Al-Isra: 23)

Dalam hal ini bisa juga diartikan mengucapkan kata ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.
Dari sekian pengertian di atas, maka ciri bahasa santun menurut enam prinsip adalah ucapan yang memiliki nilai: 1) kebenaran, 2) kejujuran, 3) keadilan, 4) kebaikan, 5) lurus, 6) halus, 7) sopan, 8) pantas, 9) penghargaan, 10) khidmat, 11) optimis, 12) indah, 13) menyenangkan, 14) logis, 15) fasih, 16) terang, 17) tepat, 18) menyentuh hati, 19) selaras, 20) mengesankan, 21) tenang, 22) efektif, 23) lunak, 24) dermawan, 25) lemah lembut, 26) rendah hati.
Lebih lanjut apabila kita tinjau dari segi derajatnya, maka akan kita urutkan menjadi karima atau mulia, ma’rufa atau baik, layyina atau lemah lembut, baligha atau tepat, maysura atau mudah, dan sadida atau benar.
3
Dalam perbincangan sehari-hari, sering kita menemukan atau menggunakan kosa kata seperti assalamu alaikum, astagfirullah, masyaallah, bismilah, insyaallah, subhanallah, syukur, alhamdulillah, mohon maaf,terima kasih, permisi, mohon sabar, bagaimana baiknya, dimohon hadir, silahkan, minta perhatian. Dari kosa kata tersebut mari kita analisis sesuai dengan enam prinsip di atas.
Kosa kata assamamu alaikum yang berasal dari bahasa Arab yang berarti doa yaitu semoga Allah memberi kedamaian kepadamu. Kosa kata ini kita gunakan sebagai ungkapan awal apabila bertemu dengan orang lain atau apabila kita hendak memulai pembicaraan di depan khalayak. Dilihat dari kosa kata dan maknanya, maka kosa kata ini dapat digolongkan sebagai bahasa santun yang termasuk prinsip karima,karena mengandung makna penghormatan dan penghargaan terhadap orang yang diajak bicara.
Selain assalamu alaikum, kosa kata astagfirullah yang artinya aku minta ampunan Allah. Kosa kata ini sering digunakan seseorang apabila mengalami kecemasan atau kaget atas suatu peristiwa. Adapun masyaallah yang berarti apa yang Allah kehendaki. Kosa kata ini biasanya digunakan untuk menyatakan kekagetan atas perstiwa sesuatu dan kesadaran akan kekuasaan Allah atas peristiwa tersebut.
Karena itu dalam kosa kata tersebut tersimpan makna ketidakberdayaan manusia di hadapan kekuasaan Allah. Begitu juga kosa kata bismillah diucapkan ketika seseorang ingin memulai pekerjaan. Selain kosa kata tadi yang termasuk kategori karima seperti kosa kata insyaallah, subhanallah, syukur, alhamdulillah.
Dalam keseharian sering menggunakan kosa kata mohon maaf, terima kasih, permisi, dan mohon sadar. Kosa kata tersebut bernada pengakuan atas kelemahan diri dengan cara dan kata yang lemah lembut, karena itu kosa kata ini termasuk kategri prinsip layyina, yaitu kosa kata yang mengandung makana lemah lembut, baik dan menyentuh hati.
Adapun kosa kata bagaimana baiknya mengandung arti pengakuan akan kelemahan diri dan penghargaan kepada lawan bicara serta dilakukan dengan cara yang baik dan halus, karena itu kosakata ini dapat digolongkan kepada prinsip ma’rufa. Dan kosa kata yang termasuk prinsip maysura seperti minta perhatian dan silahkan, kosakata ini berhubungan dengan permintaan yang diucapkan dengan sopan.












BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas. Maka pemakalah dapat menarik kesimpulan, yakni:
    1. Pada model pandangan kedua ilmuan barat tersebut lebih pada komponen yang terlibat dalam berkomunikasi. Mereka melihat proses komunikasi akan efektif jika kurang gangguan. Keduanya tidak melihat dari segi etikanya.
    2. Model komunikasi dalam pandangan Alqur’an lebih menekankan pada aspek etika dan tata cara berkomunikasi yang baik. Sehingga tidak menimbulkan dampak negatif (missunderstanding) saat berinteraksi dengan orang lain.
    3. Dari segi persamaannya, baik Alqur’an dan ilmuan memandang komunikasi adalah faktor yang sangat urgen dalam pencapaian tujuan. Cara dan model yang digunakan dalam berkomunikasi sangat dianjurkan untuk diperhatikan.

  1. Saran-saran
Makalah ini diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada pembaca untuk bisa dikaji lebih lanjut. Dan juga lebih diharapkan untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kaum intelektual diharapkan bisa mengkaji lebih lanjut model dalam Alqur’an. Karena pemakalah merasakan kurang sekali tulisan mengenai komunikasi dalam Alqur’an.
REFERENSI

Al-Qur’an dan Terjemahannya. Depertemen Agama RI. 2000.
Internet. http://ummurasydan.multiply.com/reviews. 15 Januari 2009
Internet. http://alqostholany.multiply.com/journal. 15 Januari 2009

Internet. www.kuliahkomunikasi.com/model-komunikasi/12/. 24 Desember 2008.

Shannon, “A mathematical theory of communication”, Bell Syst. Tech., J., vol। 27, pp. 379-423, 623-656, July-Ock. 1948.
फूत्नोते:
1 www.kuliahkomunikasi.com/model-komunikasi/12/
2 C.E. Shannon, “A mathematical theory of communication”, Bell Syst. Tech., J., vol. 27, pp. 379-423, 623-656, July-Ock. 1948.

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Model Komunikasi dalam Alqur'an"

Post a Comment