Friday, July 10, 2009

Al-Gazali dan Abraham Maslow dalam Teori Motivasi

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Salah satu cara memahami hakekat manusia adalah dengan pendekatan yang lebih mengarah kepada teori tentang kepribadian manusia. Dewasa ini telah banyak hasil yang dicapai oleh para ahli psikologi dalam usaha untuk menyusun teori kepribadian . Pembahasan tentang kepribadian ini berkaitan erat dengan perilaku manusia yang salah satu determinannya adalah motivasi.
Berdasarkan penggolongan determinan perilaku manusia itulah para ahli psikologi mengemukakan teori-teorinya tentang motivasi. Di antara teori motivasi yang dikemukakan adalah teori aktualisasi diri yang pertama kali dikemukakan oleh Carl Rogers dan kemudian dikembangkan oleh Abraham H. Maslow. Abraham H. Maslow ini dianggap sebagai tokoh madzhab ketiga dari aliran psikologi yang melakukan penelitan dengan cara meneliti orang-orang yang sehat sebagai obyeknya.
Di sisi lain, Al-Ghazâli melalui pendekatan tasawufnya banyak mengungkap hakikat dan perilaku manusia. Dari pemikiran-pemikiran Al-Ghazâli yang fenomenal ini banyak terlahir pemikir-pemikir baru di bidang psikologi Islam. Diantara pemikiran Al-Ghazâli adalah konsepnya tentang fitrah yang dikenal dengan sebutan al-Nafs al-Rabbâniyyah. Konsep fitrah Al-Ghazâli berkaitan erat dengan pembahasan tentang motivasi. Untuk menjelaskan motivasi perilaku manusia, Al-Ghazâli menyuguhkan konsep syahwat sebagai motivasi mendekat (al-sabab al-dâkhili) dan ghadlab sebagai motivasi menjauh (al-sabab al-khâriji).
Pemahaman terhadap hakekat manusia menurut Al-Ghazâli melalui Pendekatan Tasawuf dan Maslow melalui Pendekatan Ilmiah tampaknya memiliki pandangan yang sama, yaitu memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi-potensi baik dan mampu diaktualisasikan sehingga mencapai manusia sempurna (al-insân al-kamîl). Namun tentu saja perbedaan-perbedaan antara mereka berdua tentang teori motivasi pasti ada. Atas dasar itu penelitian mendalam terhadap pemikiran-pemikiran Al-Ghazâli dan Maslow tampaknya perlu dilakukan. Maka mengungkap pemikiran keduanya melalui sebuah studi komparatif laik untuk dilakukan.
B. RUMUSAN MASALAH.
1. Identifikasi Masalah
Pembahasan tentang motivasi berkaitan erat dengan kepribadian manusia yang unik dan multikompleks. Teori motivasi berupaya menjelaskan sebuah perilaku serta stimulus kepada individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan-tujuan tersebut dapat digolongkan kepada subyek-subyek tertentu, misalnya dibidang psikoterapi, manajemen, sosial kemasyarakatan, dan pendidikan.
2. Pembatasan Masalah
Isi makalah dibatasi pada komparasi pemikiran Al-Ghazâli dan Maslow tentang motivasi ditinjau dari sudut pandang implikasinya terhadap pendidikan.
3. Perumusan Masalah
Masalah dalam makalah ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, apakah teori motivasi menurut Al-Ghazâli dan Maslow cenderung menghasilkan pendidikan yang beraliran nativisme dan empirisme ?
C. Tujuan dan Manfaat
Pembahasan dalam makalah ini bertujuan untuk mengetahui apakah teori motivasi menurut Al-Ghazâli dan Maslow cenderung menghasilkan pendidikan yang beraliran nativisme dan empirisme? Makalah ini pun memiliki manfaat untuk mengungkapkan pemikiran kedua tokoh tersebut tentang motivasi dan memberikan inspirasi baru dalam menemukan teori-teori pendidikan humanistik menurut Islam.
D. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan meliputi
1. Hakekat manusia
2. Psikoterapi
3. Aktualisasi diri
4. Pendidikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KERANGKA TEORI
1. HAKIKAT MANUSIA
Pembahasan tentang hakekat manusia dapat dilihat dari tiga perspektif sebagai berikut:
a. Pandangan filsafat tentang manusia
Dalam filsafat terdapat empat aliran dalam memandang manusia, yaitu materialisem monism yang memandang bahwa hakekat manusia adalah sebuah materi. Kedua, aliran filsafat spiritualisme yang memandang bahwa hakekat manusia adalah ruh dan jiwa. Ketiga, aliran filsafat idealisme yang memandang bahwa manusia adalah perpaduan badan yang material dan jiwa yang tidak material . dan keempat aliaran filsafat dualisme yang beranggapan bahwa hakekat manusia adalah jasmani dan ruh yang keduanya merupakan sesuatu yang saling berbeda.
b. Pandangan psikologi tentang manusia
Ada empat aliran psikologi yang dijadikan rujukan dalam merumuskan teori tentang manusia, yaitu psikoanalisa, behavioristik, humanistik, dan transpersonal.
Aliran psikoanalisa yang dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939) menyatakan bahwa kepribadian manusia terdiri atas tiga system dan tiga strata kesadaran. Tiga sistem adalah id (das es), ego (das ich), dan super ego (uber ich). Sedangkan tiga strata kesadaran adalah alam sadar (the preconscious), alam sadar (the conscious), dan alam tak sadar (the unconscious).
Aliran Behavioristik yang dipelopori John Broadus Watson (1878-1958) memandang manusia dengan konsep stimulus respon (S-R). Perilaku manusia terbentuk melalui pembiasaan klasik (classical conditioning), hokum akibat (law of effect), pembiasaan operant (operant conditioning), dan peneladanan (modeling).
Sementara aliran Humanistik yang dipelopori Abraham H. Maslow memandang manusia memiliki potensi yang baik dan makhluk bermartabat, bertanggung jawab, dan mampu merealisasikan potensi-potensinya sesuai dengan jati dirinya sehingga mencapai aktualisasi diri.
Adapun dalam pandangan aliran Transpersonal manusia memiliki kebutuhan paling tinggi yaitu kebutuhan spiritual yang membuat mampu mencapai posisi transendensi diri melewati batas kesadaran biasa yang pada suatu saat mampu mencapai tingkat penghayatan mistis, penyatuan diri dengan Tuhan yang Maha Besar.
c. Pandangan Islam tentang Manusia
Ada tiga kata kunci dalam memahami konsep Islam tentang manusia, yaitu basyar, insân, fitrah, dan nafs, dan ruh. Konsep basyar menunjukkan posisi manusia sebagai makhluk biologis yang memerlukan kebutuhan dasar (physiological needs). Sedangkan konsep insân menunjukkan bahwa manusia adalah totalitas yang memiliki fisik dan psikis, badaniah dan ruhaniah, individualistik, khas, unik, berbeda antara manusia satu dengan yang laiinya.
Sementara nafs dan ruh merupakan tentara hati manusia (junûd al-qalb). Hati manusia ini telah memiliki potensi yang disebut fitrah. Demikian penjelasan Al-Ghazâli.
2. TEORI MOTIVASI
Berdasarkan pengelompokkan motivasi ke dalam 4 kategori, yaitu motivasi biologis, motivasi sosial, motivasi personal, dan tingkat tinggi, muncullah 6 teori motivasi.
· Pertama, teori instink yang beranggapan bahwa sebagian besar perilaku manusia ditentukan oleh instink.
· Kedua, teori kognitif yang menjelaskan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan rasio.
· Ketiga, teori hedonistik yang menyebutkan bahwa perilaku manusia pada dasarnya memiki tujuan untuk mencari hal-hal yang menyenangkan dan menghindari hal yang sebaliknya.
· Keempat, teori Homeostatis yang menyatakan bahwa timbulnya sebuah motivasi merupakan akibat dari kondisi manusia yang tidak seimbang (disequilibrium) yang mendorongnya untuk kembali kepada keseimbangan (equilibrium).
· Kelima, teori Harapan yang dipelopori Victor E. Vroom. Menurutnya motivasi merupakan kombinasi antara besarnya keinginan, kemungkinan, dan keyakinan.
· Dan yang keenam adalah teori Aktualisasi Diri yang berpendapat bahwa dorongan tertinggi manusia adalah pencapaian aktualisasi diri.
3. ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Terdapat empat aliran pendidikan yang sudah popular, yaitu nativisme, empirisme, naturalism dan konvergensi. Nativisme yang dipelopori Schopenhauer berpendapat bahwa bayi terlahir sudah dengan pembawaan sifat baik dan buruk. Empirisme melalui John Locke (1704-1832) menyatakan bahwa pembentukan kepribadian manusia sangat ditentukan oleh rangsangan dari lingkungan luar. Naturalisme yang dimunculkan oleh J.J. Rousseau (1712-1778) menyatakan bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan buruk. Dan Konvergensi yang dipelopori William Stern menyebutkan bahwa keberhasilan pendidikan sangat tergantung dari pembawaan dan lingkungan.
B. RIWAYAT HIDUP AL-GHAZALI & TEORI MOTIVASINYA
Nama lengkap Al-Ghazali adalah Abu Hamid Muhamad bin Muhamad at-Thusi Al-Ghazali. Ia lahir di kota Thus Khurasan pada tahun 450 H atau 1058 M. Pendidikan Al-Ghazali dimulai dari Sang Ayah yang mengajarinya Al-Qur’an. Kemudian ia berguru kepada Ahmad bin Muhamad ar-Razikani dan Imam al-Haramain al-Juwaini di madrasah Nizamiyah. Al-Ghazali wafat pada tahun 505 H/1111 M dalam usia ke-55 dan dimakamkan di kota kelahirannya. Adapun konsep teori motifasinya :
1. Struktur Jiwa
Menurut Al-Ghazali manusia terbagi ke dalam tiga dimensi, yaitu dimensi materi, dimensi nabati, dimensi hewani, dan dimensi kemanusiaan. Dalam tiga dimensi itu struktur jiwa manusia terdiri atas al-qalb, al-ruh, al-nafs, dan al-aql. Unsur yang empat ini mengerucut pada satu makna yakni latifah atau al-ruh al-rabbaniyyah yang merupakan esensi manusia yang memiliki daya cerap, mengetahui dan mengenal, dan sekaligus menjadi obyek pertanggungjawaban atas perbuatan yang dilakukannya.
2. Junud al-Qalb sebagai Unsur Motivasi
Menurut Al-Ghazali sebuah perilaku terjadi karena peran dari Junud al-Qalb atau tentara hati. Dalam diri manusia terdapat dua kelompok Junud al-Qalb, yaitu yang bersifat fisik berupa anggota tubuh yang berperan sebagia alat dan yang bersifat psikis. Yang bersifat psikis mewujud dalam dua hal yaitu syhawat dan ghadlab yang berfungsi sebagai pendorong (iradah). Syahwat mendorong untuk melakukan sesuatu (motif mendekat) dan ghadlab mendorong untuk menghindar dari sesuatu (motif menjauh). Adapun tujuan dari perilaku tersebut adalah untuk sampai kepada Allah. Tetapi dalam praktiknya perilaku ini terbagi ke dalam hirariki motivasi Ammarah (hedonistik), motivasi Lawwamah (skeptik), dan motivasi Muthmainnah (spiritualistic).
C. RIWAYAT HIDUP ABRAHAM H. MASLOW & TEORI MOTIVASINYA
Nama lengkapnya adalah Abraham Harold Maslow. Ia lahir pada tanggal 1April 1908 di Brooklyn New York Amerika Serikat dari tujuh bersaudara. Ia belajar di City College of New York, Cornel University, dan Universitas Wisconsin. Gelar Ph.D di bidang psikologi ia raih pada tahun 1934. Ia bekerja di Brooklyn College selama 14 tahun, kemudian di Laughlin Foundation di Menlo Park sampai akhir hayatnya. Maslow meninggal pada tanggal 8 Juni 1970. adapun konsep teorinya :
1. Hakikat Manusia
Tentang hakekat manusia Maslow berpendapat bahwa manusia memiliki satu kesatuan jiwa dan raga yang bernilai baik, dan memiliki potensi-potensi. Yang dimaksud baik itu adalah yang mengakibatkan perkembangan kea rah aktualisasi diri.
2. Kebutuhan Pokok Manusia
Manusia memiliki kebutuhan dasar yang akan selalu menjadi motivasi perilakunya, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan memiliki dan rasa cinta, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Untuk dapat sampai pada tingkat aktualisasi diri semua kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada tingkat sebelumnya harus terpenuhi. Selain kebutuhan pokok tersebut yang disebut basic needs manusia juga memiliki metaneeds sebagai kebutuhan pertumbuhan seperti keadilan, keindahan, keteraturan, dan kesatuan.
3. Kebutuhan Pokok sebagai Unsur Motivasi
Teori Motivasi Maslow dibentuk atas dasar teori hirarki kebutuhan pokok. Dengan kata lain pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok inilah yang memotivasi manusia berbuat sesuatu. Teori ini tidak sekedar bersifat homeostatis tetapi juga homeostatis psikologis. Bahkan pada tingkat puncak kebutuhan yang disusun Maslow mengarah kepada mistisisme.
D. HASIL PERBANDINGAN
1. Fitrah Manusia
Secara umum Al-Ghazali dan Maslow memandang fitrah sebagai potensi dasar dari manusia adalah positif dan baik. Perbedaannya terletak pada kriteria baik. Menurut Al-Ghazali nilai-nilai yang baik adalah yang didasarkan atas unsur-unsur ilahiyah yang ditiupkan Allah pada proses penciptaan manusia. Sedangkan menurut Maslow nilai-nilai yang baik adalah yang dapat mengantarkan manusia memenuhi kebutuhan pokoknya dan mencapai aktualisasi diri.
2. Kebutuhan Manusia
Bila Maslow mengelompakan kebutuhan manusia ke dalam lima macam secara hirarkis, maka kita dapat membaginya menjadi dua, yaitu kebutuhan mutlak yang bersifat vertikal, dan kebutuhan terikat yang bersifat horizontal. Kebutuhan horizontal merupakan media dan sarana untuk memenuhi kebutuhan vertikal yakni mencapai kedekatan dengan Allah SWT. Klasifikasi kebutuhan dalam teori Al-Ghazali ini didasarkan kepada etika dan moral. Sedangkan Maslow mendasarkannya pada kepuasan yang relatif. Sekalipun dengan istilah yang berbeda, tujuan dari kebutuhan-kebutuhan tersebut baik menurut keduanya adalah untuk mencapai pengalaman puncak (peak experience).
3. Psikoterapi
a. Emosi
Menurut Al-Ghazali emosi pada dasarnya adalah gejolak dalam hati yang cenderung mengarah kepada dendam. Emosi ini harus senantiasa berada dalam posisi seimbang. Training untuk menyeimbangkan emosi adalah melalui riyadhah al-nafs.
Adapun Maslow berpandangan bahwa emosi cenderung bersifat positif. Emosi ini harus dikembangkan sehingga manusia mampu mengaktualisasikan segenap potensinya. Bukan bukan untuk dijauhi dan dikecam.
b. Konflik dan Macam-macamnya
Dalam pengertian Al-Ghazali konflik adalah suatu kondisi di saat hati berlawanan dengan kebaikan. Konflik ini terjadi ketika muncul dorongan ke arah kehidupan duniawi di satu sisi dan dorongan kehidupan akhirat di sisi lain. Sedangkan Maslow membagi konflik ke dalam kelompok, yaitu konflik yang bersifat ancaman dan yang bukan ancaman. Hanya konflik yang menimbulkan ancamanlah yang dianggap sebagai penyakit hati (psipatologis).
c. Upaya Memecahkan Konflik
Al-Ghazali mengajukan 10 langkah untuk memecahkan konflik, yaitu :
(1) Konsistensi dan ketulusan niat
(2) Ikhlas
(3) Penyesuain diri dengan kehendak Allah
(4) Tidak melakukan bid’ah
(5) Cita-cita yang tinggi
(6) Merasa lemah di hadapan Tuhan
(7) Memiliki sifat takut dan berharap
(8) Melakukan wirid
(9) Muraqabah dan
(10) Berdo’a.
Sementara bagi Maslow ada tujuh cara memecahkan konflik, yaitu :
(1) Melalui Pengungkapan
(2) Pemuasan Kebutuhan Pokok
(3) Meniadakan Ancaman
(4) Peningkatan Pemahaman
(5) Saran Dan Wewenang, Dan
(7) Perwujudan Diri.
4. Aktualisasi Diri
a. Ciri-ciri Aktualisasi Diri
Al-Ghazali berpendapat bahwa orang yang telah mencapai aktualisasi diri adalah orang-orang yang senantiasa mentaati kaedah-kaedah agama dan memenuhi kewajiban baik dalam hubungan dengan Allah maupun dengan sesama makhluk Allah. Sedangkan menurut Maslow ciri orang yang beraktualisasi diri adalah bersifat universal yakni menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan universal dalam berhubungan dengan sesama. Tetapi tidak bermuatan agama.
b. Upaya Pencapaian Aktualisasi Diri
Menurut Al-Ghazali aktualisasi diri dapat dicapai melaui riyadlah al-nafs (pengendalian nafsu), tathahhur (penyucian jiwa), tahaqquq (kristalisasi), takhalluq (peneladanan terhadap sifat Allah), dan ‘uzlah (pengasingan diri). Berbeda dengan itu, Maslow menyebutkan cara-cara yang dilakukan untuk mencapai aktualisasi diri adalah pemuasan kebutuhan-kebutuhan pokok, meditasi, dan pengasingan diri.
5. Pendidikan dan Nilai-nilainya
Pandangan Al-Ghazali tentang pendidikan tercermin dalam pendapatnya tentang hakikat, klasifikasi, tujuan dan cara mencapat ilmu. Ilmu adalah suatu proses untuk mendekatkan diri dan menghubungkan hamba dengan Tuhannya. Ilmu ada yang bersifat hudluri (perolehan) dan ladunni (pemberian). Ilmu juga ada bersifat fardlu ‘ain dan ada yang fardlu kifayah. Dari segi kegunaan ilmu ada yang terpuji, tercela, dan netral. Semua ilmu itu tujuannya adalah mengenal Allah. Untuk mendapatkannya harus dibangun pendidikan yang sarat dengan nilai-nilai akhlak mulia.
Sementara itu Maslow menyodorkan konsep pendidikan humanistik yang bertujuan mengembangkan potensi-potensi manusia sehingga dapat mencapai aktualisasi diri. Pendidikan yang ideal adalah yang memberi kebebasan belajar sesuai keinginan, dapat dicapai oleh siapapun selama ia dapat memperbaiki dan belajar, dan memberikan kesempatan kepada siswa menemukan apa yang disukai dan diinginkannya. Tujuan pendidikan adalah menemukan identitias diri sebagai dasar mencapai tujuan hidup. Maslow mendukung pendidikan yang bermoral dan mencela yang sebaliknya (value free education).

Disusun Oleh: Dinul & Rauf (Jurnalistik UIN Alauddin Makassar 2008)

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Al-Gazali dan Abraham Maslow dalam Teori Motivasi"

Post a Comment