Sunday, July 05, 2009

PERBANDINGAN BERITA HEADLINE (Analisis Framing)


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berita headline (berita utama) mencerminkan perhatian terhadap peristiwa tertentu. Headline dalam sebuah surat kabar merupakan representasi dari media itu sendiri dalam memandang penting tidaknya suatu peristiwa. Pemilihan headline sangat berpengaruh pada khalayak pembacanya. Terutama masyarakat yang daya kritis dan analitiknya kurang.
Pengaruh media massa terutama berita headline terhadap masyarakat ditanggapi ketua umum Partai Hanura, Wiranto terkait Pemilu mendatang. Inggried Dwi Wedhaswary dalam kompas.com mengutip pernyataan Wiranto. Calon Wakil Presiden pasangan Jusuf Kalla itu mengatakan pers memegang peranan penting dalam Pemilu mendatang bagi Indonesia yang didominasi masyarakat tradisional, daya analitiknya rendah. Sehingga apa yang disajikan media, itu yang diikuti.
Setiap media dalam memandang suatu peristiwa mempunyai peluang berbeda dalam mengkonstruksikannya. Sehingga boleh jadi satu peristiwa yang sama bisa berbeda dalam penyajiannya. Sesuai dengan sudut pandang mana memandangnya. Atau sangat mungkin dirasuki oleh ideologi dan kepentingan tertentu. Sehingga peristiwa satu bisa dinggap penting oleh media yang satu, tapi tidak bagi yang lain. Tergantung pada siapa dalam media itu.
Amin Rais pernah menggambarkan posisi media sebagai layaknya ’anjing penjaga’. Mudah dikendalikan pemiliknya dan media tak ubahnya sebagai ’sirkus’ semata yang gampang dikendalikan oleh pihak yang punya kepentingan.
Dalam pemberitaan, terutama pemilihan headline media dituntut untuk bersikap adil dan netral serta objektif. Namun pada kenyataan tidak. Sangat banyak peristiwa yang sebenarnya sangat krusial namun media cenderng mengabaikannya. Sebagai contoh kasus model Indonesia, Manohara Adelia Pinot yang cenderung dibesar-besarkan namun pada saat bersamaan terjadi penertiban PKL yang menyebabkan meninggalnya anak kecil.
Kasus lain, pada saat SBY berkunjung ke Korea Selatan dan Vietnam, media ramai-ramai meliput itu dan sanga sedikit ruang untuk demonstrasi besar-besaran para buruh menuntut kenaikan gaji mereka. Di sinilah terlihat bagaimana media membingkai sebuah peristiwa sehingga seolah-olah sangat penting walau pada hakikatnya biasa-biasa saja. Karena mereka punya kepentingan.
Media massa pada dasarnya sangat sulit bersikap netral karena mereka dihantui oleh berbagai kepentingan. Belum lagi aspek ideologi. Berbagai kepentingan, baik bisnis maupun politik sangat berpengaruh pada bagaimana membingkai peristiwa terntentu.
Dalam proses perkembangan kebudayaan manusia, komunikasi massa menjadi proses dan bidang ilmu komunikasi yang mempunyai tingkat pengaruh yang cukup penting pada kehidupan manusia sehari-hari. Dapat dikatakan bahwa dalam perkembangan manusia, komunikasi massa memainkan peranan penting bagi perubahan dan dinamika sosial manusia. Berita, dalam konteks komunikasi massa yang berkembang sampai sekarang, selalu muncul dalam benak dan pikiran manusia. Berita yang disusun dalam benak manusia bukan merupakan peristiwa manusia. Berita bukan adalah peristiwa itu sendiri. Berita merupakan usaha rekonstruksi kerangka peristiwa yang terjadi. Berita dalam konteks komunikasi massa, lebih merupakan inti yang disesuaikan dengan kerangka acuan yang dipertimbangkan agar peristiwa itu memiliki makna bagi para pembacanya.
Berita dalam kapasitasnya sebagai pembentuk dan dinamisator pengolahan interpretasi atas peristiwa manusia, menjadi hal yang sangat penting dalam proses pembentukan konstruk sosial. Berita, pada titik tertentu, sangat mempengaruhi manusia merumuskan pandangannya tentang dunia. Pandangan terhadap dunia adalah bingkai yang dibuat oleh manusia untuk menggambarkan tentang apa dan bagaimana dunia dipahami. Berbagai pengalaman hidup manusia dimaknai dalam bingkai tersebut. Tanpa adanya bingkai yang jelas, kejadian, peristiwa dan pengalaman manusia akan terlihat “kacau” dan chaos. Bingkai pengalaman dapat dilihat sebagai “skenario awal” yang memposisikan setiap pengalaman dan peristiwa dalam plot cerita yang kurang lebih runtut, rasional dan sistematis.
Kehadiran surat kabar merupakan pengembangan suatu kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi dan di lingkungan dunia usaha. Surat kabar pada masa awal ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat komersial (dijual secara bebas), memiliki beragam tujuan (memberi informasi, mencatat, menyajikan adpertensi, hiburan, dan desas-desus), bersifat umum dan terbuka.
Surat kabar lahir di abad tujuh belas di mana sudah terdapat pemisahan yang jelas antara surat kabar pemerintah dan surat kabar komersial. Namun, surat kabar pemerintah lebih sering dijadikan corong penguasa saat itu. Hal ini berbeda dengan surat kabar komersial. Pengaruh surat kabar komersial merupakan tonggak penting dalam sejarah komunikasi karena lebih menegaskan perannya dalam pelayanan masyarakat dan buka sebagai terompet penguasa.
Sejak awal perkembangannya surat kabar telah menjadi lawan yang nyata atau musuh penguasa mapan. Secara khusus, surat kabar pun memiliki persepsi diri demikian. Citra pers yang dominan dalam sejarah selalu dikaitkan dengan pemberian hukuman bagi para pengusaha percetakan, penyunting dan wartawan, perjuangan untuk memperoleh kebebasan pemberitaan, pelbagai kegiatan surat kabar untuk memperjuangkan kemerdekaan, demokrasi, dan hak kelas pekerja, serta peran yang dimainkan pers bawah tanah di bawah penindasan kekuatan asing atau pemerintahan diktator. Penguasa mapan biasanya membalas persepsi diri surat kabar yang cenderung tidak mengenakan dan menegangkan bagi kalangan pers.
Terlepas dari adanya kemunduran besar, sejarah juga mencatat adanya kemajuan yang pesat dan menyeluruh dalam rangka mewujudkan kebebasan mekanisme kerja pers. Kemajuan itu kadangkala menimbulkan sistem pengendalian yang lebih ketat terhadap pers. Pembatasan hukum menggantikan tindak kekerasan, termasuk penerapan beban fiskal. Dewasa ini, institusionalisasi pers dalam sistem pasar berfungsi sebagai alat pengendali sehingga surat kabar modern sebagai badan usaha besar justru menjadi lebih lemah dalam menghadapi semakin banyak tekanan dan campur tangan.
Lebih dari itu, penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Berita akan dipandang sebagai barang suci yang penuh dengan objektivitas. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan.
Misalnya, analisis tentang Ekonomi Pancasila. Ekonom yang memiliki ideologi sosialis akan menulis dengan analisis yang dibumbui ideologinya. Demikian pula dengan penulis yang memiliki latar belakang kapitalis. Meskipun keduanya memiliki data-data yang sama, tapi hasil analisis keduanya pasti akan memiliki cita rasa ekonomi sosialis dan kapitalis.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga akan diketahui latar belakang seorang penulis dalam menulis berita. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap pembaca itu sendiri. Pembaca akan lebih memahami mengapakah seorang penulis (atau institusi pers: Kompas, Republika, Jawa Pos, dan lain-lain) menulis berita sehingga seminimal mungkin menghindari terjadinya respon yang reaksional. Pembaca tidak akan fanatik terhadap salah satu institusi pers dengan alasan ideologi. Artinya, masyarakat akan lebih dewasa terhadap pers. Dari berbagai asumsi dasar di atas, maka penulis mengangkat judul :
Perbandingan Berita Headline Pada Halaman Depan Antara Harian Fajar dan Harian Tribun Timur Periode Agustus-Desember 2009
(Analisis Framing)
B. Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang di atas, maka penulis dapat menarik rumusan masalah :
1. Bagaimana perbandingan kecenderungan tema yang diangkat sebagai headline antara harian Fajar dan Tribun Timur periode Agustus-Desember 2009.
2. Tema-tema apa saja yang sering menjadi berita headline pada halaman muka harian Fajar dan Tribun Timur periode Agustus-Desember 2009.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
  1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbandingan kecenderungan tema yang diangkat sebagai headline antara harian Fajar dan Tribun Timur periode Agustus-Desember 2009.
2. Untuk mengetahui Ideologi di balik Tema-tema yang sering menjadi berita headline pada halaman muka harian Fajar dan Tribun Timur periode Agustus-Desember 2009.
  1. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teroritis
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan sumbangsih teoritis bagi pengembangan ilmu komunikasi, khususnya bagi pengembangan penelitian yang bersifat analis framing.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan bagaimana Harian Fajar dan Tribun Timur membingkai dan memandang suatu peristiwa.
D. Kerangka Konseptual Penelitian
  1. Studi tentang Headline
Headline dapat diartikan sebagai berita utama. Secara bahasa head berarti kepala. Line berarti garis. Jadi dapat diartikan kepala garis atau kepala berita. Dalam media cetak, headline merupakan berita yang paling banyak dibaca dan menarik perhatian. Jika peristiwa itu dijadikan headline maka pihak terkait atau khalayak menganggapnya sebagai peristiwa penting. Di sinilah media sangat berperan membentuk opini publik (public opinion).
Headline yang peneliti maksud adalah berita utama yang ditempatkan pada halaman depan surat kabar yang diteliti. Hal ini menjadi pertimbangan karena headline yang berada pada halaman depan adalah peristiwa yang dianggap penting oleh pemilik dan orang-orang yang berada di media tersebut.
Menurut Grand, M. Hyde dalam bukunya The Journalitic Writing, mengatakan bahwa judul dalam sebuah surat kabar dapat dinamakan headline. Sedangkan dalam Majalah disebut heading atau titles.
Terdapat dua pengertian tentang headline. Headline sebagai judul berita. Dan headline sebagai berita utama yang ditonjolkan. Cirinya menggunakan huruf lebih besar dibanding dengan yang lain.
  1. Analisis Framing pada Headline Harian Fajar dan Harian Tribun Timur
Dalam analisis framing merupakan analisis bagaimana media membingkai sebuah berita. Dalam analisis ini yang ditekankan adalah bagaimana berita dibingkai. Sisi mana yang ditekankan dan pada sisi mana yang hendak dilupakan.
Menurut Panuju (2003:1), frame analysis adalah analisis untuk membongkar ideologi di balaik penulisan informasi. Robert N. Entman, seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media, mendefinisikan framing sebagai seleksi dari berbagai aspek realitas yang diterima dan membuat peristiwa itu lebih menonjol dalam suatu teks komunikasi. Dalam banyak hal seperti menyajikan secara khusus definisi terhadap masalah, interpretasi sebab akibat, evaluasi moral dan tawaran penyelesaian sebagaimana masalah itu digambarkan.
Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.
Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain, dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana, penempatan yang mencolok (headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi dan simplifikasi. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.
Dengan framing kita juga bisa mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita. Cara pandang atau persfektif ini pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan hendak dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut.
Gamson dan Modigliani, peneliti yang konsisten mengimplementasikan konsep framing, menyebut cara pandang itu sebagai kemasan (package) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan (Eriyanto, 2002:217-287). Menurut mereka, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana.
Kemasan (package) adalah serangkaian ide-ide yang menunjukkan isu apa yang dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan. Package adalah semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima. Package tersebut dibayangkan sebagai wadah atau struktur data yang terorganisir sejumlah informasi yang menunjukkan posisi atau kecendrungan politik, dan yang membantu komunikator untuk menjelaskan muatan–muatan di balik suatu isu atau peristiwa.
Keberadaan suatu package terlihat dari adanya gagasan sentral yang kemudian didukung oleh perangkat-perangkat wacana seperti kata, kalimat, pemakaian gambar atau grafik tertentu atau proposisi dan sebagainya, awalnya elemen dan struktur wacana tersebut mengarah pada ide tertentu dan mendukung ide sentral suatu berita.
Proses pemberitaan dalam organisasi media akan sangat mempengaruhi frame berita yang akan diproduksinya. Frame yang diproses dalam organisasi media tidak lepas dari latar belakang pendidikan wartawan sampai ideologi institusi media tersebut. Ada tiga proses framing dalam organisasi media. Proses tersebut :
1. Proses framing sebagai metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibalikkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang mempunyai konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur dan alat ilustrasi lainnya.
2. Proses framing merupakan bagian tak terpisahkan dari proses penyuntingan yang melibatkan semua pekerja di bagian keredaksian media cetak. Redaktur, dengan atau tanpa konsultasi dengan redaktur pelaksana, menentukan apakah laporan si reporter akan dimuat ataukah tidak, serta menentukan judul yang akan diberikan.
3. Proses framing tidak hanya melibatkan para pekerja pers, tetapi juga pihak-pihak yang bersengketa dalam kasus-kasus tertentu yang masing-masing berusaha menampilkan sisi informasi yang ingin ditonjolkannya (sambil menyembunyikan sisi lain). Proses framing menjadikan media massa sebagai arena di mana informasi tentang masalah tertentu diperebutkan dalam suatu perang simbolik antara berbagai pihak yang sama-sama menginginkan pandangannya didukung pembaca.
Dalam proses framing pada akhirnya akan membawa efek. Karena sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai berbeda oleh media, bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda. Realitas sosial yang kompleks penuh dimensi dan tidak beraturan, disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan dan memenuhi logika tertentu. Berdasarkan penyederhanaan atas kompleksnya realitas yang disajikan media, menimbulkan efek framing, yaitu: Pertama. Framing yang dilakukan media akan menonjolkan aspek tertentu dan mengaburkan aspek yang lain. Framing umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari realitas, akibatnya ada aspek lain yang tidak mendapat perhatian yang memadai. Kedua. Framing yang dilakukan oleh media akan menampilkan sisi tertentu dan melupakan sisi yang lain. Dengan menampilkan sisi tertentu dalam berita ada sisi lain yang terlupakan, menyebabkan aspek lain yang penting dalam memahami realitas tidak mendapat liputan dalam berita. Ketiga. Framing yang dilakukan media akan menampilkan aktor tertentu dan menyembunyikan aktor yang lain. Efek yang segera terlihat dalam pemberitaan yang memfokuskan pada satu pihak, menyebabkan pihak lain yang mungkin relevan dalam pemberitaan menjadi tersembunyi.
Analisis framing dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian ini melalui proses yang disebut konstruksi. Di sini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu.
Analisis ini berangkat dari pertanyaan-pertanyaan, kenapa peristiwa yang satu diberitakan sementara peristiwa yang lainnya tidak diberitakan? Mengapa sisi yang ini dibicarakan sementara sisi yang itu tidak dibahas sama sekali? Mengapa realitas didefinisikan seperti itu? Mengapa narasumber itu yang diwawancarai, bukan yang lain? Pertanyaan itu adlalah bagaimana pentingnya melihat framing atau bingkai dalam pemberitaan media.
Dalam analisis framing mengenai headline halaman depan surat kabar harian Fajar dan Tribun Timur bertujuan untuk mengetahu bagaimana realitas dikonstruksi antara kedua media tersebut. Juga dengan cara apa peristiwa itu ditonjolkan. Apakah dalam pemberitaannya ada bagian yang dihilangkan, luput atau disengaja disembunyikan. Dengan cara seperti itu peneliti berharap mampu mengidentifikasi ideologi yang diperjuangkan.
Analisi Framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas suatu peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada ’cara melihat’ terhadap realitas yang dijadikan berita. Sebagai suatu metode, analisis framing banyak mendapat pengaruh dari sosiologi dan psikologi. Dari sosiologi banyak mendapat sumbangan pemikiran dari Peter Berger dan Ervin Goffman. Dari psikolg mendapat sumbangan dari teori yang berhubungan dengan skema dan kognisi. Dalam ranah penelitian media, Analisis ini masuk dalam paradigma konstruksionis. Pandangan in banyak dipengaruhi Berger dan Luckaman.
Media dilihat dari paradigma kontruksionis bahwa fakta/peristiwa yang disajikan adalah hasil dari konstruksi realitas. Dalam media, realitas bersifat subjektif. Realitas hadir karena konsep subjektifitas dan sudut pandang tertentu dari wartawan.
  1. Harian Fajar
Pada mulanya harian Fajar berada pada naungan yayasan penerbit mingguan yang bernama Yayasan Penerbit Express yang didirikan Rasyid Djibbie pada tahun 1967. Surat kabar mingguan ini terbit atas izin pemerintah dengan nomor SIT 0565/pers/SK/Dirjen-PPG/SIT/1967. Beberapa tahun kemudian, menteri penerangan RI dengan nomor 0565/Pers/SK/Dirjen-PG/SIT/1972 tanggal 28 Maret 1972 dan surat izin cetak pelaksanaan khusus panglima komando pemulihan keamanan dan ketertiban daerah Sulselra nomor Kep/29/Kamd/STC/1974 tanggal 30 Juli 1974. memutuskan bahwa Express mingguan berubah menjadi harian.
Tahun 1981 Harian Express dirundung masalah kesulitan dana, sehingga Express tidak terbit.Tahun 1981,Harun Rasyid Djibe memohon surat izin penerbitan kembali surat kabar Harian Express bekerja sama dengan Muh. Alwi Hamu dan S. Sinansari Ecip. Hingga pada tanggal 6 April 1981, Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika Departemen Penerangan kembali memberi izin terhadap pemohon, Rasyid Djibbie, Muh. Alwi Hamu dan S. Sinansari Ecip.
Sejak saat itu, harian yang bernama Express berganti nama dengan Harian Fajar. Tepat 17 Agustus 1981 terbit perdananya sebagai coba-coba dan sekedar perkenalan. Nanti pada 1 Oktober 1981 Harian Fajar terbit secara resmi dengan opla sekitar 5000 Eksemplar di bawah naungan Yayasan Ekspress.
Naman Harian Ekspres berubah menjadi Harian Fajar disebabkan pada waktu dilakukan permintaan untuk menerbitkan harian Ekspress harus menggunakan nama baru, Harian Fajar. Nama ”Fajar” secara filosofis mengandung arti bahwa fajar selalu terbit dibagian timur wilayah Indonesia. Hal ini diharapkan Harian Fajar menjadi penerang bagi alam disekitarnya (terkhusus Indonesia Timur).
Pada 1987 , Harian Fajar kembali mengalami kemunduran karena faktor dana. Karena itulah 1988 Harian Fajar berusaha untuk bangkit dengan cara bergabung dengan perusahaan media yang mapan. Harian Fajar kemudian bergabung pada Group Jawa Pos dan Tempo, bersama Manunung di Balikpapan. Saat itulah Harian Fajar kembali bangkit dan berkembang sampai sekarang.
  1. Harian Tribun Timur
Tribun Timur adalah salah satu dari sembilan kelompok surat kabar daerah yang dikelola PT. Indopersada Primamedia, devisi koran daerah kelompok Kompas Gramedia (KKG). Di Makassar KKG bekerja sama dengan Bosowa Group dalam mendirikan Tribun Timur. Aksa Mahmud adalah nama besar yang berada di balik berdirinya Tribun Timur. Keberadaan Aksa juga dapat dilihat dari susunan pengurus perusahaan yang masuk dalam jajaran redaksi pada jajaran direksi ada putra Aksa, yakni H. Erwin Aksa sebagai komisaris Utama, dan komisaris oleh Sadikin Aksa.
Tribun Timur terbit perdana pada 9 Februari 2003 sekaligus hari ngannngatiapulang tahunnya, juga bertepatan dengan Hari Pers Nasional. Sejak terbit pada bulan pertama harian Tribun Timur disebar dan dibagi-nbagi gratis sebagai perkenalan bagi calon pelanggan. Pada bulan pertama Tribun Timur terbit dengan 30.000 ekslampar setiap harinya. Di tahun 2005 Harian Tribun Timur sudah terbit dengan opla 42.000 ekslampar.
Lima bulan lamanya terbit,Tribun Timur melaksanakan pelatihan penulisan bagi reporter dan redaktur yang nantinya akan menjadi ciri dan gaya khas redaksi dalam pembuatan berita. Kompetisi surat kabar di Sulsel tak membuat Tribun Timur harus kehilangan karakter. Pada ulang tahunnya yang ketiga. Tribun Timur mendeklarasikan satu tahapan penting perkembangannya, hadir dengan motto ”Pemimpin Baru” yang sebelumnya ”Spirit Baru Makassar”. Lima tahun bersaing dengan surat kabar yang sudah lama eksis di Sulsel. Ternyata Tribun Timur di bidang bisnis, mampu menempatkan dirinya sebagai pimpinan di bidang jurnalistik dan Public Opinion.
Penulis dengan menggunakan teori kostruksionis Berger dan Luckman, dalam menganalisa headline pada halaman depan surat kabar harian Fajar dan Tribun Timur menempuh tahapan analisis seperti di bawah ini:
E. Defenisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasi judul penelitian ini. Dan sekaligus menyamakan persepsi terhadap judul ini, maka penulis menguraikannya terlebih dahulu.
  1. Perbandingan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sebuah kata untuk mengetahui perbedaan (selisih) dan kesamaan.
  2. Berita Headline (berita utama) adalah berita yang dianggap penting melalui rapat redaksi dan kebijakan redaksional, judulnya besar dan beritanya panjang, biasanya ditempatkan pada halaman muka yang mudah dilihat. Headline yang dimaksud hanya yang ada pada halaman depan, selain itu tidak termasuk.
  3. Halaman Depan yang dimaksud di sini adalah lembaran paling depan dari sebuah surat kabar.
  4. Harian Fajar adalah nama sebuah lembaga media massa cetak lokal di Sulawesi Selatan. Pada terbitan perdananya 17 Agustus 1981 bernaung di bawah yayasan Express dan di bawah pengawasan (group) Jawa Post.
  5. Harian Tribun Timur adalah nama media massa cetak lokal di Sulsel yang dinaungi PT. Indopersada Primadia. Terbitan perdanya pada 9 Februari 2003.
  6. Analisi Framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas suatu peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada ’cara melihat’ terhadap realitas yang dijadikan berita.
F. Metode Penelitian
  1. Objek dan Waktu Penelitian
Objek penelitian ini adalah berita headline pada halama muka media massa cetak lokal yang tersebar di Sulselbar, yakni Harian Fajar dan Tribun Timur. Waktu penelitian akan berlangsung pada Agustus-Desember 2009.
  1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian ini didasarkan pada berita headline Harian Fajar dan Tribun Timur dari bulan Agustus-Desember 2009. Penggunaan analisis framing ini adalah berusaha bagaimana membongkar ideologi di balik pemberitaan kedua surat kabar lokal tersebut. Penelitian ini bisa juga disebut penelitian interpretatif. Karena data hasil yang dikumpulkan merupakan interpretasi terhadap data dari objek penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, data utama diperoleh dari peneliti sendiri yang secara langsung turun di lapangan untuk memperoleh data dari objek penelitian. Penelitian ini dilakukan secara intensif tiap hari dengan menganalisis berita headline pada kedua surat kabar tersebut.
  1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini tentunya berpatokan pada kebutuhan analisa. Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan adalah:
Ø Penelitian Pustaka (library research) atau studi literatur. Dengan jalan mempelajari dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji.
Ø Pengamatan (observasi), dengan mengamati secara langsung kondisi yang terjadi di lapangan yang memiliki relevansi terhadap permasalahan yang dikaji.
Ø Dokumentasi, pengumpulan data-data kedua surat kabar tersebut, harian Fajar dan Tribun Timur.
  1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah berita headline pada halaman muka harian Fajar dan Tribun Timur periode Agustus-Desember 2009. Untuk menjaga kurangnya data, maka penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Hal ini dimaksudkan untuk mentabulasi berita headline secara keseluruhan agar tidak ada berita yang lepas.
Penentuan surat kabar ditetapkan peneliti karena kedua media cetak ini merupakan media cetak lokal yang tergolong besar dan menguasai pasar se Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
  1. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Model ini membagi struktur analisis menjadi empat bagian:
a. Sintaksis adalah cara wartwan menyususn berita. Struktur sintaksi memiliki perangkat: 1) Headline merupakan berita yang dijadikan topik utama oleh media. 2) Lead (teras berita) merupakan paragraf pembuka dari sebuah berita yang biasanya mengandung kepentingan lebih tinggi. Struktur ini sangat tergantung pada ideologi penulis terhadap peristiwa. 3) Latar 4) informasi, 5) Kutipan, 6) Sumber, 7) Pernyataan, dan 8) Pentup berita.
c. Skrip adalah cara wartawan mengisahkan fakta. Struktur skrip memfokuskan perangkat framing pada kelengkapan berita: What (apa), When (kapan), Who (siapa), Where (di mana), Why (mengapa), How (bagaimana). Tematik adalah cara wartawan menulis fakta. Struktur tematik mempunyai perangkat framing: a) Detail, b) Maksud dan hubungan kalimat, c) Nominalisasi antar kalimat, d) Koherensi, e) Bentuk kalimat, f) Kata ganti. Unit yang diamati adalah paragraf atau proposisi
d. Retoris adalah cara wartawan menekankan fakta. Struktur retoris mempunyai perangkat framing:
1. Leksikon/pilihan kata. Perangkat ini merupakan penekanan terhadap sesuatu yang penting.
2. Grafis
3. Metafor
4. Pengandaian
Unit yang diamati adalah kata, idiom, gambar/foto, dan grafis
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2004. Methods for Media Analysis. www.lboro.com
Budiman, Kris. 2004. Semiotika Visual. Yogayakarta: Buku Baik & Seni Cemeti.
Cangara, Hafied. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi; Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Panuju, Redi. 2003. Framing Analysis. Makalah. Surabaya: Universitas dr. Sotomo.
Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Tafsir Sosial atas Kenyataan: Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES
Panuju, Redi. 2002. Relasi kuasa negara, media massa, dan publik: pertarungan memenangkan opini publik dan peran dalam transformasi social. Pustaka Pelajar.
Rakhmat, Jalaluddin dan Rakhmat , Miftah F. 1997. Catatan Kang Jalal: Visi Media, Politik dan Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Scheufele, Dietram A. 1999. Framing as Theory of Media Effect. Makalah. International Communication Assosiation.
Sobur, Alex. 2001. Analisis teks media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Suyanto, Bagong dan Sutina. Cetakan ke-3,September. 2007. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta. Kencana.
Utomo, Mochtar W. 2003. Perbandingan Content Analysis, Framing Analysis, Discourse Analysis, dan |Semiotic Analysis. Makalah. Surabaya: Universitas dr. Sotomo.
--------------------------------------
Proposal Penelitian
PERBANDINGAN BERITA HEADLINE PADA HALAMAN DEPAN ANTARA HARIAN FAJAR DAN HARIAN TRIBUN TIMUR PERIODE AGUSTUS-DESEMBER 2009 (Analisis Framing)

Oleh : Abd Rauf

NIM : 50500106021
JURUSAN JURNALISTIK FAKULTAS DAKWAH & KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2009


Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

5 komentar: on "PERBANDINGAN BERITA HEADLINE (Analisis Framing)"

zubaidah said...

aslakum boi...
permission yow...
q copy nih framingnya
bwt contoh doang, buat dipelajarin
maklum gak tahu bikin skripsi tuh kaya'apa??
n kebetulan q mo bikin skripsi nih...
jd, q browser nyari data terkait dg judulku
boleh yow...
tengkyu allot
salam kenal. zubedh

Rauf said...

monggo mbak...
boleh tuh copy...
iyah..
ingat2 dapat pahala..
ngebantu orang...

Anonymous said...

boleh dicopas nih?
hehe
matur nuhun,, :)

Muhammad Arsyad Dumpa said...

alhamdulillah sangat membantu saya dalam menyusun skripsi... kebetulan saya jg kuliahnya di STAIN PALOPO hampir sama dengan UIN ... Hehhehehe .. tolong yah berkunjung ke blogku http://www.arshadgraffity.blogspot.com

Maulida said...

Maaf mas, mau tanya. sumber referensi pengertian dari headline itu sbg berita utama yang mana yah??

Mohon bantuanya. terima kasih!!

Post a Comment