Wednesday, February 17, 2010

Pentingnya Rayuan Gombal dan Basa-Basi Dalam Berkomunikasi


“Ah…. Gombal lhu… basa-basi…”

Kalimat itu sering terpantul dari gendang telinga kita, tatkala kalimat pujian kita lemparkan pada seseorang.

Kalimat gombal sering kita menganggap adalah ucapan sia-sia. Tak ada gunanya. Namun perlu disadari ketika rayuan yang berupa pujian diberikan pada kita, pada saat itupula ada energy baru yang tumbuh dalam jiwa. Coba kita bandingkan ketika mendapat pujian dengan teguran. Ada energy yang hilang tatkala ditegur dengan cara yang kurang halus. Bagai putri malu ketika mendapat sentuhan lembut dari tangan kasar anda. Lesu, down.

Gombal dalam pengertian saya, merupakan kalimat pujian yang diperuntukkan oleh seseorang. Pujian itu terkadang tanpa dasar kongkrit. Karena kalimat gombal biasanya lebih pada sifat dan postur tubuh seseorang. Sifat dan postur tubuh itu penilaiannya sangat subjektif. Tergantung pada siapa yang menilai. Olehnya itu, ketika orang lain memberikan kalimat gombal dan basa-basinya, boleh anda percaya. Karena boleh jadi benar apa yang diucapakan dalam pandangannya. Tapi jangan terlalu “kePeDean”. Karena itu subjektif. Belum tentu orang lain memandangnya seperti itu. Ambil sajalah sisi positifnya. Biarkan energy baru tumbuh dalam jiwa anda ketika mendapat pujian. Rasakan The Power of Gombalisme dan Basa-Basi. J

Dalam kehidupan rill kita. Manusia yang paling senang mendapat pujian adalah kaum hawa. Ini singkron dengan kaum adam yang senang memuji. Berbeda dengan masalah cinta. Kaum hawa terkadang lebih senang belajar mencintai. Bukan belajar dicintai. Kaum adam terkadang selalu ingin dicintai. Tanpa belajar mencintai. Erich Fromm mengatakan, inilah penyakit kaum modern. Selalu ingin dicintai. Tanpa belajar mencintai. Padahal kita seharusnya belajar mencintai. Karena ketika hanya ingin dicintai, maka hasilnya, KEKECEWAAN-KEKECEWAAN. Sebab kebahagiaan kita gantungkan pada sesuatu, DICINTAI. Bukan pada diri kita sendiri, MENCINTAI.

Kita kembali pada persoalan gombal. Dalam sejarah, Nabi SAW pun sering menggombal istri-istrinya. Misalnya dikatakan engkaulah istri saya yang paling saya kagumi. Lalu bagaimana dengan istri yang lain? Nabi pun mengatakan hal yang sama, namun bahasa yang berbeda. Misalnya ketika ditanya mengenai istri-istrinya. Yang manakah yang Nabi paling cintai antara Aisyah dan Khadijah. Nabi SAW. Menjawab aku sangat mencintai Aisyah. Lalu bagaimana dengan Khadijah? Aku tak mampu lepas dari ikatan cintaku padanya. Kira-kira begitu bahasanya.

Dalam kasus lain misalnya, terkadang istri minta cerai atau pacar minta putus karena pasangannya tak pernah memberikannya kata basa-basi dan kalimat gombal. Tak pernah terlontarkan dari mulutnya yang mungil kalimat I LOVE YOU. Atau aku sayang kamu sampai titik penghabisanku. Atau kata-kata yang lebih puitis, Aku tak mampu lagi mencari cinta lain, karena sayap-sayapku telah patah karenamu. Cobalah berikan kalimat pada pasangan anda yang menyenangkan hatinya. Perempuan itu senangnya digombal. Lelakipun juga tak ketinggalan.

Coba kita membuka Alqur’an, ketika melihat ayat pertama dari semua surah dalam Alqur’an, kecuali At-Taubah. Terlihat kalimat pujian kepada Allah sebelum memasuki inti-intinya, Bismillahirrahmanirrahim. Itu artinya apa, sebelum kita memasuki pembicaraan dianjurkan membuka pembicaraan dengan kalimat basa-basi, atau gombal dululah kalau orangnya agak cemberut. Dalam istilah yang agak akademis, ada kalimat pembuka ketika hendak membicarakan sesuatu. Dalam pidato atau ceramah misalnya. Ada basa-basi sebelum masuk intinya.

Tapi ingat saudara..!!!

Kalimat basa-basi dan gombal jangan terlalu banyak. Karena ketika itu terjadi kalimat itu tak kan berdampak positif lagi. Boleh jadi mereka tidak lagi butuh itu. Gombal dan basa-basilah tapi jangan terlalu berlebihan. Allah pun melarang hambaNya berlebih-lebihan. Karena segala yang berlebih-lebihan itu adalah perbuatan yang tercela. Melampuai batas kewajaran. Wallahu A’lam… (*r*a*u*f*). ditulis di Makassar, 17 February 2010.
read more...

Saturday, February 06, 2010

Tiga Ujung Yang Paling Sakti di Dunia


Lembek secara fisik. Namun keras dari sisi mudharat. Itulah mungkin gambaran awal dari ujung yang dikenal sakti sepanjang hidup manusia. Ujung itu adalah ujung lidah, ujung pena dan ujung penis. Yang kemudian saya sebut sebagai Ujung LPP. LPP yang saya maksud bukan Lembaga Penyelenggara Pemilma dalam pemilu mahasiswa.

Ujung lidah. Nabi Muhammad SAW dalam hadisnya telah memperingatkan umat manusia bahwa jika kalian ingin selamat peliharalah lidah kalian. Orang sering bilang daging tanpa tulang itu lebih berbahaya dari ujung pedang nagapuspa, atau ujung badiknya orang Makassar, atau kerisnya Empu Gandring dalam dunia cerita.

Olehnya itu, agama mengajarkan kita agar selalu mempergunakan lidah kita kea rah yang baik. Karena dengan ucapan merubah dari yang tidak suka menjadi cinta. Dari kafir menjadi beriman.

Coba kita renungkan, betapun marahnya dalam hati, ketika terdengar elusan suara sang kekasih yang begitu lembut menyapa. Saat itupun tak ada daya untuk marah. Segala potensi nafsu syaithan segera hilang. Sebagai contoh dalam kasus lain. Betapapun lelaki tak ada niat syahwat saat berdua dengan lawan jenisnya, ketika terdengar desahan nafas dan suara rayuan sang perempuan. Maka saat itu juga gairah seks meninggi. Itulah kekuatan lidah yang mampu membalikkan fakta. Merubah yang salah menjadi benar. Merubah indah menjadi kacau.

Mari kita ingat kasus Prita dan Balqis, dalam kacamata saya, andaikan media tidak membatu mengumpulkan koin keadilan untuk Prita dan koin cinta untuk Balqis maka mereka sulit mendapatkan koin sebanyak itu. Itu semua berkat hasil cuap-cuap para presenter untuk mereka.

Ujung kedua adlah ujung pena. Seorang penulis pernah bilang, Yang tertulis kan mengabadi, yang terucap kan berlalu terbawa angin. Itulah kekuatan tulisan.

Membuka lembaran sejarah para nabi, Nabi Sulaiman AS mampu mebuat ratu Balqis jatuh cinta padanya adalh berawal dari sepucuk surat. Nabi Muhammad SAW. Ketika hendak datang kepada sang Raja beragama Yahudi didahului dengan sebuah surat damai. Dan semuanya diterima dengan senang hati. Itulah kesaktian ujung pena para nabi terdahulu.

Namun dengan ujung pena juga mampu membuat orang celaka. Kasus Prita dengan tulisannya di surat elektronik membuatnya terjerat kasus pencemaran nama baik Rumah sakit Omni International. Kasus para jurnalis orde baru, mereka keluar masuk penjara karena tulisannya yang tidak pro pemerintah. Bahkan diculik entah dibuang ke mana. Atau bahkan nyawa melayang dengan tulisan yang dianggap mengancam stabilitas Negara terancam.

Dengan penanya, pelukis dihargai. Dengan penanya, nama Kahlil Gibran megabadi dengan sajak-sajak cintanya. Dengan pena orang menjadi diperhitungkan. Namun dengan pena juga orang bisa sensara.

Islam mengajarkan dalam Alqur’an bahwa jika kamu melakukan kesepakatan dengan seseorang maka tulislah, sebagai bukti di kemudian hari.

Ujung yang terakhir adalah ujung penis. Manusia, hewan dan binatang terlahir akibat kenakalan ujung yang satu ini. Pertemuan yang begitu hikmat melahirkan makhluk-makhluk baru yang terlahir ke dunia ini. Tak dapat dipungkiri begitu berjasanya sang penis sebagai pahlawan penyelamat. Mungkin terlalu berlebih kalau dikatakan andaikan tak ada tuhan penislah yang penggantinya. Mediator sang perajin menghasilkan manusia baru. Berkat dialah lahir sang Fatimah sebagai lambang kecantikan kaum muslimin. Karena persoalan itu pula Hawa diciptakan Allah untuk Adam. Dan juga karena itu pula Habil dan Qabil berkelahi, dan akhirnya terjadilah peristiwa kematian manusia yang pertama di muka bumi ini.

Karena penis adalah pahlawan yang suci. Sehingga kita tidak boleh mengotorinya dengan menggunakannya di tempat yang belum halal. Sebagai bentuk penghormatan kepada sejenisnya, kaum lelaki sepantasnya mencarikan pasangannya tatkala ia sudah memenuhi syarat untuk memiliki pasangan.

Jagalah dia dari perbuatan yang tidak diridhai Allah SWT. Ingatlah pesan Qur’an, janganlah engkau mendekati zina. Karena zina adalah perbuatan yang tercela. Wallahu A’lam (***). – Gowa, 6 February 2010.

read more...