Friday, May 27, 2016

Tradisi Minggu Ceria

Tradisi Minggu Ceria
Acara bakar ikan di empang, 22/05/2016. 
Minggu ceria. Sebuah tradisi bagi sebagian besar umat Muslim di Indonesia, yang memanfaatkan liburan akhir pekan pada hari Minggu terakhir sebelum memasuki bulan suci Ramadan.

Kebiasaan ini biasanya digunakan untuk berwisata atau tamasyah dengan mengunjungi tempat-tempat wisata. Tradisi ini sebenarnya dilakukan untuk menikmati makan siang di hari libur terakhir sebelum puasa. Sebab kalau sudah masuk bulan puasa, umat muslim sudah tidak ada lagi kesempatan makan siang bersama.

Dinamakan minggu ceria, mungkin karena pekan itu umat muslim gembira karena segera memasuki bulan suci Ramadan. Ini bisa termasuk salah satu bentuk keceriaan atau kegembiraan menyambut bulan Ramadan.

Sebab Allah sudah menjanjikan, siapa yang bergembira menyambut bulan Ramadan, maka akan diampuni segala dosa-dosanya.

Namun yang perlu direnungi, cara kita meluapkan keceriaan ini, jangan sampai keluar dari syariat yang telah diatur agama. Sebab keceriaan di minggu ceria bisa menjadi pelebur dosa, tapi tak jarang juga menjadi sumber dosa.

Pekan ini, kita sudah mulai memasuki minggu ceria ini. Semoga keceriaan ini bernilai ibadah dan menjadi pelebur kesalahan. Sehingga Ramadan kita temui dengan hati yang suci dan bersih. (***)
read more...

Sunday, May 22, 2016

Tenaga Sukarela, Buah Simalakama

  Tenaga Sukarela, Buah Simalakama
Edisi perawat. 

Tenaga sukarela mulai ramai di kantor-kantor pemerintahan setelah iming-iming tenaga honorer kategori I (K1) diangkat menjadi PNS benar-benar terwujud.

Setidaknya, ada dua hal yang membuat mereka mau bekerja sebagai tenaga sukarela. Pertama karena harapan besar diangkat menjadi CPNS, seperti tenaga honorer K1 dan sebagian K2.

Kedua, karena gengsi. Ada kebanggaan tersendiri bagi mereka kalau mengenakan seragam kantor. Ada juga hanya untuk mengisi waktu luang supaya tidak disebut pengangguran. Selain gengsi diri sendiri, juga untuk gengsi keluarga, minimal anaknya lulus kuliah tidak menganggur.

Tenaga sukarela, sebenarnya ibarat buah simalakama. Simalakama bagi pemerintah dan simalakama bagi yang bersangkutan. Kehadiran mereka di kantor-kantor, sangat membantu pemerintah, sebab nyatanya mereka lah yang paling ulet bekerja melayani masyarakat.

Namun di sisi lain, tenaga mereka butuh dihargai dengan honor untuk kebutuhan sehari-hari. Sayangnya, tidak ada alokasi anggaran untuk mereka. Karena memang mereka suka dan rela bekerja tanpa mengharapkan upah.

Para tenaga sukarela tidak bisa menuntut banyak, Karena memang komitmen awal tidak ada honor untuknya, dan berjanji mengikuti aturan kantor.

Bekerja sebagai tenaga sukarela sebenarnya yang paling banyak diuntungkan adalah pemerintah dan yang sudah jadi PNS, karena mereka lah yang bekerja lebih banyak dibanding para PNS yang mendapat gaji dari pemerintah.

Dalam satu daerah, ada ribuan tenaga sukarela. Jika mereka mogok, maka pasti akan berdampak pada pelayanan. Tapi apakah mereka hanya butuh iming-iming diangkat menjadi CPNS? Sebenarnya bukan itu yang dibutuhkan, tapi bagaimana mereka diberi solusi agar tidak hanya berkutat sebagai sukarela. Solusi itu bisa dalam bentuk pembinaan berwirausaha.

Pemerintah saat ini sepertinya sudah harus memikirkan nasib mereka dengan tidak memberi harapan untuk diangkat menjadi PNS. Sebab masih banyak pilihan pekerjaan di luar sana yang lebih menjanjikan. Pemerintah tidak boleh membiarkan rakyatnya bekerja tanpa digaji, sebab itu sama saja menjajah mereka. (****)

read more...